لَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً الْآيَةَ إِلَى قَوْلِهِ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 274)
Apabila seorang muslim menginginkan agar amal baiknya tersebut diikuti dan dicontoh orang maka ia boleh menampakkan amal tersebut dengan syarat ia sungguh-sungguh menundukkan jiwanya, karena syetan pasti akan berusaha memasukkan riya’ ke dalamnya.
Tapi dalam diri kita baiknya mempunyai Amalan Rahasia / Tersembunyi selain Amalan yang terang-terangan, Ada amalan yang hanya kita dan Allahlah yang tahu mengenai amalan tersebut.
Jangan sampai,kita hanya bisa mengkritisi orang lain,tapi tidak melakukan amalan kebaikan apapun,baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu pernah berkata, “Amal yang salih adalah amalan yang kamu tidak menginginkan pujian dari siapapun atasnya kecuali dari Allah.” (lihat al-Ikhlas wa an-Niyyah, hal. 35)
Dalam hadits tujuh orang yang mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا صَنَعَتْ يَمِينُهُ
“Dan seseorang yang bersedekah lalu menyembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diperbuat oleh tangan kanannya.” (Muttafaq ‘Alaih)
لصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 271)
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ
“Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ar Riya’.” (HR. Ahmad dari shahabat Mahmud bin Labid no. 27742)
Memang seharusnya seorang muslim takut dan khawatir terhadap riya’. Namun tidak boleh berlebihan sehingga menyebabkannya meninggalkan amal shalih dan ketaatan. Karena meninggalkan amal karena takut riya’ termasuk tipu daya syetan. Karena setan, pada satu kondisi berusaha menjerumuskan seorang hamba ke dalam riya untuk merusak amalnya.
Fudhail bin Iyadh berkata,”Meninggalkan amal shalih karena manusia adalah Riya,Beramal Shalih karena Manusia adalah Syirik,Sedangkan Ikhlas adalah Keterbebasan dari keduanya”.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang membiasakan dirinya untuk beramal ikhlas karena Allah niscaya tidak ada sesuatu yang lebih berat baginya daripada beramal untuk selain-Nya. Dan barangsiapa yang membiasakan dirinya untuk memuaskan hawa nafsu dan ambisinya maka tidak ada sesuatu yang lebih berat baginya daripada ikhlas dan beramal untuk Allah.” (lihat Ma’alim Fi Thariq al-Ishlah, hal. 7)
Semoga Allah selalu menjaga diri kita dari perbuatan-perbuatan dan sikap hati yang bisa merusak amal-amal kita. Cukuplah Allah Sebaik-baik Penolong.