Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.(QS At taubah:24)
Ayat ini menegaskan bahwa begitu banyak “Tuhan-Tuhan yang lebih dicintai” daripada Allah dan Rasul-Nya,selain ayat diatas,ada juga sebagian orang yang lebih mencintai apa kata mulut orang lain
Simak tulisan dibawah ini
_____________________________________________________
Tuhan Baru (Palsu) (Part #2)
– Mulut Orang Lain –
Oleh: Sonny Abi Kim
Ada satu lagi Tuhan palsu dalam hidup manusia,
dan semakin terasa keberadaannya pada era digital hari ini.
Indikator 1
Ketika yang kita betul2 pedulikan adalah “Apa kata orang?”
Khawatir sekali dengan “apa kata orang”.
Memutuskan sesuatu dengan pertimbangan “apa kata orang”.
Rela bayar cicilan seumur hidup, demi “apa kata orang”.
Kita letakkan kebahagiaan di mulut orang lain.
Mati2an melakukan apapun demi mengesankan orang lain.
Ada rasa puas yang luar biasa ketika berhasil membuat orang lain terkesan dan kagum
Seakan sudah tidak terlalu dihiraukan bagaimana Allah melihat, yg penting bagaimana orang lain melihat.
Indikator 2
Mudah tersinggung, mudah sakit hati,
mudah sekali merasa diremehkan.
Betapa haus sekali akan penghargaan & pengakuan dari orang lain.
Ingin selalu terlihat,
ingin selalu tampil,
ingin selalu dikenal,
ingin selalu disebut,
ingin selalu diketahui,
Ingin selalu dihargai.
Ini saya, ini saya…
Mudah kecewa,
mudah marah,
Memang selalu begitulah akhir ceritanya bagi siapa saja yang menaruh harapan pada selain Allah.
Indikator 3
Biasanya diikuti juga dengan gejala tambahan, yaitu kondisi perasaan yang amat bergemuruh untuk bersaing dengan orang lain dalam urusan dunia.
Seolah-olah hidup hanya tentang persaingan, untuk saling mengalahkan satu sm lain.
Hidup yg dipenuhi dengan ambisi2 sempit.
Yang menjadi hobinya adalah membandingkan-bandingkan.
Jika tidak segera disadari, yang paling bahaya dari itu semua adalah puncak penyakit berupa hati yang penuh dg kedengkian.
Susah melihat orang lain senang, senang melihat orang lain susah.
Tidak lelah kah hidup seperti ini?